Tuesday, June 4, 2013

Beberapa Hewan - Hewan Yang Harus di Lindungi

Klasifikasi : 
Familia: Elephantidae
Spesies: Elephas maximus sumatranus

Deskripsi :

Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan spesies dari kelas mamalia  yang berukuran besar, berat tubuhnya dapat mencapai 4-6 Ton. Gajah memiliki belalai panjang, yang merupakan modifikasi dari bibir bagian atas dan hidung, telinga yang besar, melebar. Gajah jantan memiliki sepasang gading yang memanjang ke depan, sedangkan gajah betina pada umumnya tidak memiliki gading, jika memiliki kemungkinan ukurannya sangat pendek. Kulitnya tidak banyak ditumbuhi oleh rambut-rambut, hanya dibagian tertentu seperti di bagian atas kepala, kuduk dan ujung ekor. Warna kulit abu-abu sampai hitam. 


Perilaku : Gajah hidup berkelompok yang dipimpin oleh gajah betina paling tua, jumlah kelompok 10-30 ekor. Hidup berpindah, migrasi dari tempat satu ke tempat lainnya untuk melakukan kegiatan mencari sumber pakan dan kawin. Gajah merupakan jenis mamalia besar yang mudah beradaptasi dengan kehidupan manusia sehingga dapat kita jumpai gajah sebagai pekerja di penebangan perkebunan.

Reproduksi : Gajah betina akan kawin pada umur 9 tahun atau lebih, lama bunting (gestasi) 18-22 bulan dan akan melahirkan anak yang mempunayi berat 100 kg atau lebih. Jarak antara kelahiran anak gajah pada induk yang sama yakni sekitar 4 tahun.

Pakan : Di habitat aslinya gajah memakan berbagai jenis bagian dari pohon seperti kulit, ranting, daun, bunga dan buah, juga tanaman perdu dan rumput. Karena daya ingatnya yang tinggi, gajah mampu mengenali tumbuhan pakannya yang secara alami juga digunakan sebagai obat.


Habitat : Hidup pada lingkungan yang bervariasi dari di tropika dataran rendah, pegunungan, padang rumput. Tersebar di Pulau Sumatera (Indonesia).






Klasifikasi : 
Ordo   :  Carnivora,
Family :  Felidae

Deskripsi :
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan sub spesies terkecil dari kelompoknya. Tinggi pundaknya 75 cm dan panjang tubuhnya 250 cm, serta berat tubuhnya 250 kg. Tubuhnya tertutup oleh mantel rambut, loreng-loreng melintang tubuh. Jenis yang jantan mempunyai surai di leher bagian bawah, surai merupakan rambut-rambut yang berukuran lebih panjang dari rambut lainnya. Bersuara keras dengan tekanan pada suku kata pertama, bunyi lain yang sering didengar yaitu memeong dan bunyi desis dilakukan saat dalam keadaan terancam. 

Perilaku : Harimau hidup soliter, menyendiri, namun akan selalu berpasangan saat berburu, biasanya dilakukan pada waktu sore menjelang malam hari, satu menghalau mangsa ke arah lainnya yang sedang menunggu dengan cara mengkamuplase dirinya pada semak belukar. Daerah perburuan merupakan teritori yang ditandai dengan suara raungan. Teritori tidak tetap, namun selalu berpindah-pindah.

Reproduksi : Harimau melakukan perkawinan mirip kucing, dilakukan sekali pada waktu musim kawin pada bulan Juli-Agustus. Lama bunting 104-106 hari, jumlah anak 3-5 ekor, warna mantel rambut anak-anak yang baru dilahirkan mirip induknya, hanya lebih gelap.

Pakan : Di habitat aslinya harimau memakan mamalia sedang seperti rusa, babi hutan, juga mamalia kecil seperti monyet, burung, reptilia.

Habitat : Di hutan tropika, semak belukar, padang alang-alang di bagian barat daya dan utara pulau Sumatera.



Klasifikasi:
Ordo   : Primata, 
Famili  : Hominidae

Deskripsi :
Orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) postur tubuhnya lebih besar dibanding orangutan sumatera. P. pygmaeus mempunyai berat tubuh sekitar 50 – 100 kg (jantan) dan 30-50 kg (betina) dengan tinggi rata-rata 1,5 meter. Tubuhnya ditutupi oleh rambut berwarna coklat kemerahan, memiliki lengan yang panjang dan kuat, kaki pendek, dan tidak memiliki ekor. Pejantan orangutan kalimantan memiliki benjolan dari jaringan lemak di kedua sisi wajah yang mulai berkembang di masa dewasa setelah perkawinan pertama. Sedangkan orangutan betina tidak memiliki benjolan lemak yang besar, dan rambutnya relatif jauh lebih pendek.

Perilaku : Hewan endemik kalimantan ini aktif pada siang hari (diurnal). Mereka berkomunikasi dengan suara. Hewan ini hidup menyendiri, terkadang mereka sering hidup dalam satu keluarga. Onta termasuk hewan poligini (jantan kawin dengan lebih dari satu betina).

Reproduksi : Orangutan Kalimantan betina memiliki masa estrus 30 hari dan ovulasi terjadi pada hari ke 15. Jenis ini tidak mengalami pembengkakan pada kelamin saat estrus. Masa gestasi orangutan Kalimantan berlangsung selama 233-263 hari. Anak yang dilahirkan hanya satu, jarang sekali dua. Bayi tersebut akan 
disapih setelah berumur 42 bulan. Bayi yang dilahirkan beratnya kira-kira 1,7-2 kg.

Pakan : Orangutan kalimantan merupakan binatang omnivora walaupun lebih menyukai tumbuhan. Makanannya adalah buah, dedaunan, kulit pohon, bunga, telur burung, serangga, dan vertebrata kecil lainnya.

Habitat : Habitatnya aslinya adalah hutan di daerah dataran rendah hingga daerah pegunungan dengan ketinggian 1.500 mdpl. Hidupnya selalu diatas pohon yang tinggi (arboreal). Orang utan ini endemic di pulau Kalimantan (Borneo).





Klasifikasi:
:
Ordo   : Squamata 
Family :Varanidae

Deskripsi :
Panjang tubuhnya mencapai 3,1 meter dan beratnya mencapai 165 kg. hewan ini merupakan jenis biawak terbesar di dunia. Hewan ini memiliki panjang ekor yang hampir sama dari panjang tubuhnya. Memiliki gigi yang seperti gerigi, panjangnya sekitar 2,5 cm. Komodo memiliki lidah yang panjang, berwarna kuning dan bercabang. Komodo jantan ukuran tubuhnya lebih besar daripada komodo betina, dengan warna kulit dari abu-abu gelap sampai merah menyala (umumnya hanya sedikit), sementara komodo betina lebih berwarna hijau buah zaitun, dan memiliki warna kuning (janya sedikit) pada tenggorokannya.Komodo muda memiliki warna lebih menarik, yaitu warna kuning, hijau dan putih dengan warna dasar hitam.

Perilaku : Hewan ini menghasilkan air liur mengandung bakteri mematikan, sehingga sering disebut sebagai bisa. Giginya yang tajam mampu melukai mangsanya dengan cara menyobek tubuhnya. Lidahnya yang bercabang mampu mengdeteksi panas tubuh, karena penglihatan matanya tidak begitu baik.Hewan ini aktif saat siang hari (diurnal).Terkadang hewan ini juga aktif saat malam hari (sangat jarang).

Reproduksi : Musim kawin terjadi pada bulan Mei dan Agustus, dan bertelur pada bulan September. Komodo meletakkan telur-telurnya di lubang-lubang tanah.Umumnya komodo betina menghasilkan 20 butir telur. Komodo betina umumnya akan mengerami telur-telurnya, sedangkan komodo jantan akan mencari makanan dan melindungi betinanya hingga telur menetas. Masa inkubasi telur komodo sekitar 7-8 bulan.

Pakan : Hewan ini merupakan jenis karnivora yang sangat buas. Makanannya adalah mamalia kecil hingga berukuran besar, unggas, telur unggas, reptile lain, dan bahkan telur reptile lainnya.

Habitat : Komodo secara alami hanya ditemui di Indonesia, di pulau Komodo, Flores dan Rinca dan beberapa pulau lainnya di Nusa Tenggara. Hidup di padang rumput kering terbuka, hutan sabana, dan hutan tropis dataran rendah.




Klasifikasi:
Familia Casuaridae
Spesies : Casuarius casuarius

Deskripsi      : Kasuari (Casuarius casuariusmerupakan burung yang mempunyai ukuran tubuh terbesar dari kelompoknya, tinggi tubuhnya mencapai 160 cm. Berat tubuhnya 55-85 kg. Kasuari tubuhnya tampak kuat, bulunya kasar, berwarna hitam, mengkilap. Di bagian atas kepala terdapat kasu yang berbentuk simetri, berwarna abu-abu. Kulit kepala dan leher berwarna biru-hijau, mempunyai gelambir tunggal panjangnya hanya 3 cm, berwarna kuning yang menggantung di tenggorokan. Sayap burung ini mereduksi sehingga panjangnya hanya 35 cm dan tidak dapat untuk terbang. Burung kasuari mempunyai tiga jari kaki, jari di bagian tengah kukunya panjang dan tajam.

Perilaku         : Kasuari aktif pada waktu pagi hingga sore hari, jarang dijumpai pada waktu malam hari. Bersifat soliter, hanya dijumpai bersama kelompoknya pada waktu musim kawin. Aktivitas gerak dengan cara berjalan, berlari dan kadang melompat. Namun kadang dijumpai kasuari berenang. Untuk yang berjenis kelamin jantan sangat agresif pada waktu mengerami telurnya.

Reproduksi       : Kasuari betina bersifat poliandri, dalam satu musim kawin akan berhubungan dengan 3 ekor pejantan. Jumlah telur yang ditinggalkan dan akan dierami burung yang jantan sebanyak 4-8 butir. Biasanya telur di letakkan di dalam sarang yang terbuat dari seresah daun dan ranting kering di antara banir-banir pohon. Lama pengeraman 58-61 hari.

Pakan              : Di alam burung kasuari memakan buah-buahan , biji, ubi, dan daun dari beberapa jenis tumbuhan, tetapi paling banyak memakan buah buni atau buah batu

Habitat           : Hutan hujan tropis, hutan primer, perkebunan. Tersebar  di pulau Papua dan sekitarnya, di 
bagian timur laut Australia.

Catatan          : Sebagian sub-spesies dilindungi UU NO.05 Tahun 1990, PP. No.7 dan 8 tahun 1999.





Klasifikasi : 
Bangsa   : Primata, 
Familia    : Cercopithecidae
Deskripsi :
Bekantan merupakan jenis kera yang berukuran sedang, panjang tubuhnya 66-76 cm, panjang ekornya 55-76 cm. Berat badan dapat mencapai 24 kg. Warna mantel rambutnya coklat kemerahan, dibagian tubuh tertentu berwarna abu atau keputihan. Ciri utama dari satwa ini mempunyai hidung yang panjang, menggantung, kadang sampai menutupi hidungnya. 
Perilaku : Bekantan hidup berkelompok 12-24 ekor, kelompok selalu berpindah-pindah untuk setiap harinya melalui cabang dan ranting pohon. Aktivitas paling banyak dilakukan pada pagi hari, pergerakannya membentuk pola zig-zag, kadang dijumpai satwa ini mandi di sungai.
Reproduksi : Setelah dewasa, satwa ini akan segera melakukan perkawinan, dan betina akan bunting (gestasi) selama 196 hari. Anak yang dilahirkan biasanya 1 ekor dan akan selalu bersama induknya hingga mampu mencari makan sendiri.
Pakan : Di habitat aslinya jenis pakan yang disukai adalah ujung daun yang masih muda, ranting muda dari berbagai jenis tanaman seperti Ketapang, Mangga, Talok dan lain-lain. Kadang dijumpai satwa ini memakan jamur dan kulit tanaman.
Habitat : Di tepian sungai yang berukuran besar, di pantai yang berhutan mangrove, dan di hutan dekat rawa-rawa atau sumber air lainnya. Tersebar di Kalimantan.




                Kanguru Pohon Wondiwoi (Dendrolagus mayri) atau Wondiwoi Tree-kangaroo adalah salah satu jenis kanguru pohon asal Papua. Kanguru ini populasinya diperkirakan sekitar 50 ekor saja. Kanguru Pohon Wondiwoi (Dendrolagus mayri)   merupakan hewan endemik yang hanya ditemukan di pulau Papua.
Hingga kini masih sedikit sekali yang diketahui tentang spesies Kanguru Pohon Wondiwoi (Dendrolagus mayri) ini. Berdasarkan satu-satunya spesimen yang ditemukan Ernst Mayr, kanguru endemik Papua ini mempunyai berat sekitar 9,25 kg. 
               Bulunya berwarna hitam suram dengan beberapa bagian yang berwarna kekuningan. Daerah pantat dan tungkai berwarna kemerahan dengan ekor keputihan. Habitat Kanguru ini diperkirakan di daerah hutan pegunungan dengan ketinggian sekitar 1.600 meter dpl.  IUCN Red List memprediksi jumlah populasi kanguru pohon ini sekitar 50 ekor individu saja. Lantaran itu tidak mengherankan jika kemudian IUCN Red List memasukkan Kanguru Pohon Wondiwoi atau Wondiwoi Tree-kangaroo sebagai spesies Critically Endangered atau spesies yang sangat terancam punah (Kritis).





Famili:
Paradisaeidae 
Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra) 

Cendrawasih merah merupakan sejenis burung pengicau berukuran sedang. Burung berwarna kuning dan cokelat, dengan paruh berwarna kuning ini panjangnya mencapai 33 cm.  Burung endemik Indonesia bernama ilmiahnya Paradisaea rubra ini hanya ditemukan di hutan dataran rendah di Pulau Waigeo dan Batanta di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Burung cendrawasih juga tersebar di wilayah Maluku dan Australia timur.Bulu-bulunya cerah, berwarna merah darah dengan ujung berwarna putih pada bagian sisi perutnya, bulu muka berwarna hijau zamrud gelap dan di ekornya terdapat dua buah tali yang panjang berbentuk pilin ganda berwarna hitam, menjadi ciri khas burung cendrawasih jantan. Sementara itu, burung cendrawasih betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, dengan muka berwarna cokelat tua, tidak punya bulu-bulu hiasan, dan ekornya pendek.
              Beberapa jenis cendrawasih yang dapat ditemui di Indonesia, yakni cendrawasih gagak (Lycocorax pyrrhopterus), cendrawasih panji (Pteridophora alberti), cendrawasih kerah (Lophorina superba), cendrawasih paruh-sabit kurikuri (Epimachus fastuosus), cendrawasih botak (Cicinnurus respublica), cendrawasih raja (Cicinnurus regius), cendrawasih belah rotan (Cicinnurus magnificus), cendrawasih bidadari halmahera (Semioptera wallacii), cendrawasih mati kawat (Seleucidis melanoleuca), cendrawasih kuning kecil (Paradisaea minor), cendrawasih kuning besar (Paradisaea apoda), cendrawasih raggiana (Paradisaea raggiana), cendrawasih merah (Paradisaea rubra).
            Cendrawasih merah bersifat poligami spesies. Burung jantan akan memikat pasangannya dengan ritual tarian dengan memamerkan bulu-bulu hiasannya. Musim kawin burung cendrawasih merah terjadi pada bulan Mei hingga Agustus. Saat musim kawin, paling banyak 3-4 jantan akan memperebutkan satu betina. Padahal, di waktu normal 1-2 jantan hanya memperebutkan satu betina.


USAHA PELESTARIAN HEWAN DAN TUMBUHAN LANGKA SERTA TUJUANNYA

Pelestarian hewan dan tumbuhan secara garis besar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Pelestarian In Situ adalah pelestarian yang dilakukan  pada tempat asli hewan atau tumbuhan tersebut  berada. Contoh pelestarian in situ adalah suaka margasatwa, hutan lindung, dan taman nasional. Suaka margasatwa merupakan kawasan yang melindungi hewan. Hutan lindung merupakan kawasan  yang melindungi tumbuhan. Adapun  taman nasional merupakan kawasan yang melindungi  hewan dan tumbuhan

2. Pelestarian Ex Situ adalah pelestarian yang dilakukan  di luar tempat tinggal aslinya. Hal itu dilakukan karena  hewan dan tumbuhan kehilangan tempat tinggal  aslinya. Selain itu, pelestarian ex situ dilakukan sebagai  upaya rehabilitasi, penangkaran, dan pembiakan hewan  maupun tumbuhan langka. Contoh pelestarian ex situ antara lain kebun botani, seperti Taman Safari, kebun  binatang, dan penangkaran.

Selain pelestarian in situ dan ex situ, kitapun dapat menjaga kelestarian dengan usaha-usaha sebagai berikut :
1. Tidak berburu hewan sembarangan
2.  Melindungi hewan hewan langka
3.  Hewan langka dibudi dayakan
4.  Mencari alternatif pemanfaatan hewan-hewan langka dengan menciptakan pengganti berbahan sintetis

Sedangkan untuk  melestarikan tumbuhan langka dengan cara, antara lain :
1. Tidak menebang pohon sembarangan
2. Melakukan tebang pilih artinya menebang dengan memilih ukuran dan usia tumbuhan.
3. Penanaman kembali tanaman yang telah dimanfaatkan atau peremajaan tanaman
4. Pemeliharaan tanaman dengan benar

Usaha yang dilakukan pemerintah untuk menjaga kelestarian hewan dan tumbuhan langka diantanya adalah :
1.  Suaka marga satwa yaitu tempat melindungi hewan tertentu terutama hewan langka.
2.  Cagar alam Sebagai tempat perlindungan dan pelestarian hewan, tumbuhan, tanah dan air
3.  Hutan lindung Sebgai tempat melindungi air / daerah resapan air karena di hutan dengan   
      tumbuhan yang menutupinya jika terjadi hujan maka air akan tertahan dan diserap tanah
4.  Inseminasi buatan Inseminasi buatan adalah perkembangbiakakn pada hewan dengan   
      menyuntikkan sperma dari hewan jantan pada hewan betina ( biasa dilakukan pada hewan   
      mamalia)
5.   Kultur Jaringan adalah perkembangbiakan tumbuhan dengan cara  memperbanyak sel tumbuh
      ( jaringan ) menjadi tumbuhan baru.

Keberadaan hewan dan tumbuhan sangat penting  bagi manusia untuk :
1. Sumber belajar guna menambah ilmu pengetahuan berharga tentang kehidupan.
2. Dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan yang berasal dari hewan dan tumbuhan.
3. Menjaga  keseimbangan  lingkungan dan alam sekitar
4. Dijadikan bahan konumsi, bahan pangan bahkan sumber pendapatan. 
5. Memberikan rasa indah  terhadap alam ini.